Hormati Gurumu, Berkah Hidupmu
Hormati Gurumu, Berkah Hidupmu
Hakikat hidup ini ialah melakukan kebaikan, memberi kebaikan dan mendapatkan kebaikan. Adapun potensi kebaikan dalam hidup ini begitu banyak dan berserakan di sekeliling kita. Ada di rumah, di jalan, di warung, di kantor, di sekolah, di pasar, bahkan di toilet pun bisa jadi sarana kebaikan bagi kita. Sehingga, dalam hidup ini kita akan terus menuai kebaikan-kebaikan tersebut Terminologi kebaikan yang terus bertambah dikenal dengan istilah "berkah" atau "barokah". Berkah pada umumnya didefinisikan dengan makna "ziyadatul khoir" yaitu bertambahnya kebaikan. Sehingga, hidup yang berkah adalah hidup yang bertambah kebaikan. Inilah yang menjadi bahan refleksi bagi kita semua, apakah hidup yang terus berjalan ini selalu memberikan kontribusi kebaikan atau sebaliknya? Bertambahnya kebaikan yang kita dapatkan dalam hidup ini sebagai bentuk keberkahan hidup bentuknya bermacam-macam. Bisa jadi, keberkahan itu berbentuk materi bertambah, peluang usaha, kesehatan, ketenangan, keuntungan, kebahagiaan, perhatian, pengetahuan, bahkan kekuatan menghadapi ujian hidup.
Lebih jauh dari itu, berhak juga menghasilkan pahala/amal saleh di sisi Allah SWT. Akhir-akhir ini, lini media sosial sedang viral dengan berita meninggalnya seorang guru yang diakibatkan oleh pemukulan yang dilakukan oleh muridnya. Dialah Guru Budi, menjadi buah bibir di negeri ini, khususnya insan pendidikan Indonesia. Sebuah kondisi yang memprihatinkan, baik terhadap nasib gurunya maupun kondisi sikap dan mental muridnya. Ilmu dan pendidikan tak dapat dipisahkan dalam hidup kita, karena pendidikan adalah kehidupan itu sendiri. Di antara keberkahan hidup yang bisa kita raih ialah "keberkahan ilmu". Ilmu yang berkah adalah ilmu yang menghasilkan amal kebaikan dalam hidup ini. Keberhakan ilmu dapat diraih bukan karena kecerdasan kita semata, akan tetapi bagaimana pensikapan kita terhadap ilmu, sumber-sumber ilmu dan perantara sampainya ilmu kepada kita. Sumber dan perantara sampainya ilmu kepada kita, tidak akan dapat dipisahkan dari peran "guru". Guru adalah sosok manusia yang memiliki peran penting terhadap kematangan dan kesuksesan kehidupan yang kita jalani. Perannya kadang tak dapat diukur dengan materi yang kita berikan kepadanya. Ilmunya akan mengalir dalam darah dan menjadi penghias indahnya amal yang kita lakukan. Lantas, bagaimana kita bersikap kepada guru kita? Menghormati guru adalah satu dari kunci keberkahan hidup. Menghormati guru dapat ditunjukkan oleh pensikapan kita kepada mereka. Beberapa hal yang bisa kita lakukan dalam rangka menghormati guru-guru kita ialah : 1. Bersikap santun dan berbicara yang sopan. Sikap inilah yang akan membuat guru kita merasa senang dan bahagia. Kebahagian guru seperti ini yang dapat menghadirkan doa kebaikan bagi muridnya. 2. Merendahkan suara saat berbicara dengannya. Ini bagian dari adab atau etika. Merendahkan suara di hadapan guru, apalagi saat pembelajaran menjadi sarana bertambahnya ilmu dan pemahaman. 3. Mendoakannya dengan doa-doa kebaikan. Ini yang kadang jarang dilakukan, padahal doa kebaikan seorang murid akan kembali berupa kebaikan kepada dirinya sendiri. 4. Mengunjunginya (menyambung silaturrahim) jika kita sudah lama tidak berjumpa. 5. Memperhatikan dengan sungguh-sungguh saat guru kita menyampaikan nasihat. 6. Menjawab dan merespon dengan jawaban dan respon yang baik. 7. Menegur atau menyapa jika kita bertemu dengannya. 8. Memaafkan kesalahannya. Sebagai manusia, pastinya guru kita tak akan luput dari kesalahan. Akan tetapi, kesalahan tersebut tidak dijadikan senjata untuk menjatuhkan bahkan menghinakannya. Yang paling aman ialah, memaafkannya. Mengapa, karena sesungguhnya mereka sudah banyak memaafkan kesalahan-kesalahan kita terdahulu, yang bisa jadi lebih banyak kita lakukan. Pensikapan yang kita lakukan sebagaimana diuraikan di atas merupakan bagian dari bentuk penghormatan kita kepada guru yang itu semua akan berdampak pada keberkahan hidup kita sendiri. Bicara berkah memang tidak seperti makan sambal, langsung terasa pedasnya. Akan tetapi, kita bisa lihat, perhatikan dan pelajari orang-orang yang ada di sekitar kita. Orang yang selalu menghormati dan mencintai guru-gurunya, akan terlihat kondisi dan keadaan kehidupannya, bahkan kita sendiri sudah merasakannya. Satu hal yang perlu kita ingat, bahwa pendidikan itu tidaklah "material transaksional". Seorang murid yang belajar kepada guru kemudian ia memberikan sejumlah materi yang dijadikan sebagai imbalan jasa gurunya, lalu selesai hubungan keduanya. Akan tetapi, hubungannya akan tetap berlangsung seperti halnya hubungan seorang anak dengan orangtuanya. Tak ada istilah "bekas anak" pun demikian tak ada pula istilah "bekas murid". Semoga kita menjadi orang-orang yang mampu menghormati dan memuliakan guru-guru kita, sebagaimana kita menghormati dan memuliakan orangtua kita. Karena guru adalah orangtua kita. Dengan demikian, keberhakan ilmu dan kehidupan akan selalu menghiasi hari-hari kita, Ammiin.